Kamis, 03 Juni 2010

NYAWER

Nyawer adalah salah satu adat kebiasaan pada orang Sunda, yang diantaranya termasuk ke dalam tata upacara adat pernikahan, adat kebiasaan nyawer sebenarnya tidak hanya terdapat pada suku bangsa Sunda saja, tetapi juga pada suku-suku bangsa lain di Indoneisia, misalnya di kalimantan Barat yang dinamakan batabur, pada suku Minangkabau, disebut menepung tawari. 

Kenyataan menunjukan bahwa sawer yang merupakan adat kebiasaan itu merupakan upacara ritual yang erat hubungannya dengan proses inisiasi, yakni upacara pelantikan. Sawer pada umumnya mempergunakan bentuk puisi sawer, yakni semacam puisi yang penyampainnya dilakukan dengan cara ditembangkan atau dilagukan.Puisi sawer mempunyai nilai kerokhanian, juga merupakan khasanah sastra Sunda dan dapat difungsikan sebagai alat pendidikan.

Puisi sawer digubah dan dituturkan oleh juru sawer, baik wanita maupun pria yang pada umumnya sudah berusia tua (40 tahun ke atas). Juru sawer pada mulanya dianggap sebagai ahli magi, kemudian sebagai pendidik yang harus menyampaikan nasihat-nasihat yang berwibawa dan berpengetahuan cukup tentang agama dan moral, dan akhirnya sebagai pendidik juga "penghibur"

Puisi sawer berdasarkan jenis atau golongannya dapat dikelompokan menjadi: puisi sawer netes sapar, puisi sawer tingkeban (tujuh bulan kandungan), puisi sawer bayi, puisi sawer khitan/gusar, puisi sawer pengantin, puisi sawer ruatan, puisi sawer pelantikan, puisi sawer ganti nama, puisi sawer mayat dan puisi sawer batin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar