Kamis, 03 Juni 2010

SELAMATAN BAYI

Upacara selamatan bayi berlanjut sejak bayi dalam kandungan sampai sesudah dilahirkan. Pada orang Sunda, selamatan bayi itu ada selamatan puput puseur (lepas tali pusat), nurunkeung anak (turun tanah), pemberian nama dan cukuran (mencukur rambut).
Keempat macam upacara itu ada yang dilaksanakan sekaligus setelah bayi berusia 40 hari, ada juga yang terpisah-pisah.

(a)  Sawer pada upacara turun tanah
Pada orang Sunda, upacara turun tanah itu ada yang dilaksanakan setelah lepas tali pusat, setelah empatpuluh hari, atau setelah anak mulai bisa berdiri. Bagi masyarakat berada upacara turun tanah memakai keramaian secara besar-besaran. Jalannya upacara sebagai berikut:
Malam harinya bayi dijaga oleh orang tua-tua. Pagi-pagi dimandikan dan didandani, lalu digendong oleh dukun bayi/paraji sambil menjinjing kanjut kundang, yakni kantung dari yang berisi berbagai rempah-rempah kelengkapan obat bayi, membawa pisau dan lempuyang, lalu turun ke halaman sambil dipayungi, lalu mengelilingi rumah, halaman dan kebon alas, yaitu bangunan terbuka di tengah halaman yang digantungi dengan berbagai umbi-umbian, buah-buahan dan makanan. Dukun Beranak kemudian berjongkok di tanah, membuat tanda silang di tanah, dicungkilnya tanah sedikit, lalu dimasukkannya ke dalam kanjut kundang. Bayi diinjakkan ke tanah.
Menurut beberapa orang yang mengetahui upacara turun tanah ini, ada pula bayi yang dibiarkan merangkak untuk memegangi kelengkapan kebon alas. Apa yang dipegangnya dianggap sebagai simbol kehidupan kelak.
Upacara nyawer dilaksanakan di cucuran atap (panayweran), sebelum bayi dibawa masuk lagi ke dalam rumah. Bayi digendong dan dipayungi. Beras, kunyit, bunga dan uang recehan, ditaburkan di atas bayi menyeling tuturan sawer. Tuturan itu bisa bersifat prosa biasa, prosa liris, syair atau pupuh sawer itu biasanya dilaksanakan oleh dukun bayi. Bila dukun bayi yang menggendong anak, sawer dituturkan oleh orang lain yang menguasainya.
Selain disawer, bayi juga biasa disembur dengan lempuyang yang dikunyah, dan dimanterakan, demikian pula ibu bayi dan lingkungan sekelilingnya.

(b)  Sawer pada upacara mencukur rambut
Upacara mencukur rambut dilaksanakan setelah bayi berusia 40 hari. Upacara mencukur rambut bagi mereka yang berada, tidak cukup hanya bersedekah bubur merah putih saja, tetapi dilengkapi dengan keramaian, seperti membaca wawacan, pertunjukan pantun, wayang, tayuban.
Seperti upacara-upacara adat lainnya, maka pada upacara ini pun disediakan sesajen dan kelengkapan, seperti : gunting yang diikat dengan benang kantih, lalu dimasukkan ke dalam bejana berisi air yang telah diberi bunga rampai tujuh macam, perhiasan dari emas dan perak, serta uang logam, kelapa muda yang telah dipangkas bagian atasnya dan lilin menyala diletakkan dekat bejana.
Bayi yang telah dimandikan dan didandani digendong oleh dukun bayi, lalu dibawa berkeliling pada hadirin, diiringi oleh yang membawa bejana, kelapa muda, lilin yang menyala. Rambut bayi digunting bergantian sedikit-sedikit, lalu dimasukkan ke dalam air kelapa muda. Tenggelamnya rambut bayi ke dalam air biasa dipakai sebagai “pertanda”, bobot kehidupannya kelak. Rambut bayi kemudian disimpan dalam kanjut kundang.
Pada waktu mencukur disertai dengan marhabaan, yakni membaca kisah barzanji, kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Setelah marhabaan dilaksanakan upacara  nyawer, yang cara-caranya, dan puisi sawer yang digunakan umumnya sama dengan upacara turun tanah.
Di beberapa tempat di Jawa Barat, pelaksanaan sawer dan selamatan mencukur rambut itu terdapat beberapa perbedaan, misalnya di Serang, pengguntingan rambut dilakukan oleh hadirin yang ganjil jumlahnya. Bayi yang telah didandani diberi pupuh (perhiasan emas) di keningnya, lalu dibaringkan di atas nampan yang beralaskan kain tujuh lapis dan selendang. Di bawah kain diletakkan beras dan uang. Kelapa yang telah dipangkas diberi bendera uang kertas. Bayi dikelilingkan tiga kali, baru marhabaan. Setelah pengguntingan rambut, kiai memberikan nama sambil mendo’a, salawat kepada Nabi, wali dan orang tua. Sedangkan sawer dilaksanakan setelah marhabaan.


Contoh puisi sawer bayi


1.  Ku bismillah dikawitan
mugi Allah ngaridoan
nyawer orok singkat pisan
supaya diberekahan

2.  Manusa datang kadunya
kersaning Allah Taala
supaya ibadah nyata
sujud ka Allah Taala

3.  Kalawan kersa Yang Agung
Allah anu sifat luhung
salapan bulan diitung
manusa di alam kandung

4.  Gurudag ka alam dunya
bari ceurik ea-ea
diadzanan ku bapana
dikomatan beulah kenca


5.  Manusa atos diatur
ku Allah Robunna Gofur
bakal asup liang kubur
matak kudu sing tafakur

6.  Asep hirup di dunya teh
ibadah ulah campoleh
ulah petor maca tasbeh
jadi jalam anu soleh

7.  Di dunya teh sementara
hirup ge moal lila
nu matak ulah doraka
bisi ku Allah disiksa

8.  Rek ibadah mah ayeuna
meungpeung aya keneh nyawa
sabab lamun geus teu aya
ibadah mo ditarima


9.  Asep ama ngadoakeun
mugi Asep dijadikeun
putra anu picontoeun
ahlakna pikaresepeun

10.   Bakti ka ibu ka rama
taat parentah agama
tumut parentah nagara
nu dasarna Pancasila

11.   Asep masing bisa ngaji
jeung ulama sing ngahiji
ulah benci ka kiai
matakna kawalat pasti

12.   Sakieu abah ngadoa
di payuneun balarea
mugia sing ditarima
ku Allah Nu Maha Esa

Abah Kar’an
75 tahun
Juru Sawer
Tasikmalaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar